Minggu, 12 Februari 2012

perjuangan hidup

Aku tak tahu bagaimana aku dilahirkan, aku hanya ingat bagaimana aku saat aku masih duduk di kelas IV SD. Saat itu, aku teringat deritaku dengan hidup di keluarga yang perekonomiannya sangat lemah, rumah berdindingkan bambu, beratapkan daun ilalang yang kering dan berlantaikan tanah. Setiap malam, aku, bapak dan ibuku harus tidur di atas karpet yang tak mampu menahan hawa dingin dari tanah, lampu remang2 buatan bapak ku sendiripun tak mampu menghangatkan ku. Setiap malam kami berjuang melewatkannya, walau terkadang hujan dan tidur dengan posisi du2k. Aku sedih, dan tak tahan teteskan air mata, tapi tangisku selalu berhenti setiap ibuku menidurkanku di atas pangkuannya, sambil bisikan "suatu hari nanti kita pasti akan punya rumah besar, dengan kasur yang tebal,dan selimut yang hangat".

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (____) tempat bapak ku mengajar menjadi harapan keluarga kami. Walau yang di dapat sangat kurang, namun cukup untuk kami mengisi kekosongan perut. Apalah arti pengabdian seorang guru yang seragamnya itu2 saja, jangankan muridnya,pemerintahpun tak pernah menghargai itu. Namun semangat bapak ku yang selalu ku banggakan tetap membara. Bapak ku berusaha mencari kerja sampingan, walaupun hanya menjadi "buruh kasar". Kulitnya yg hitam, legam, yang nampak dibakar oleh matahari dibasahi oleh keringatnya yang mengucur deras, tapi bapak ku slalu tersenyum saat kekurangan ekonomi menjadi masalah besar yang diperdebatkan di keluarga kami.

"Belajarlah yang rajin nak, kelak kaulah yang akan merubah dunia", kata bapak ku yang selalu membuatku menjadi seorang juara di kelas. Tapi pada saat itu, apa gunanya bagi keluargaku,aku tak bisa membeli sekantong beras dengan raport predikat rangking 1, hadiah 2 buah buku dan 1 buah pencil. Hanya senyuman bangga dari keluargaku yang semntara ku dapat. "Bapak, Ibu, sabarlah, kelak Bapak dan Ibu tak perlu lagi bekerja dan menderita seperti ini, gajih ku akan memberikan lebih dari apa yang bapak dan Ibu harapkan" khayalku yang hilang karna pikiran sehatku yang mengatakn semua itu TAK MUNGKIN.

Sering ku menyendiri duduk termenung di pojok sekolahku, menghayalkan betapa indahnya hidup dengan rumah bertingkat, kamar ber-AC dan lengkap dengan TV dan sound systemnya. huh, untuk makan saja, bapakku rela melukai tangannya mengangkat batu bata yang berat. "Teng teng teng" suara bel berbunyi tanda semua murid boleh pulang, tapi dalam perjalanan ku, tak sengaja ku melihat sebuah pengumuman di mading bahwa akan diadakannya lomba lompat tinggi yang berhadiahkan bea siswa untuk sekolah SMP di kota (____). "Aku harus mencoba, demi meringankan beban orang tuaku" kataku dalam hati yang mencoba untuk membangkitkan semangatku.

Tanpa mengabari dan meminta izin kepada bapak ku, akupun mengikuti lomba tersebut, doa, semangat dan latihan yang keras menjadi modal utamaku, hingga akhirnya aku bisa mendapatkan bea siswa tersebut. Dengan bahagia, tersenyum lebar dan rasa tak sabar untu menceritakan lombaku aku pulang mengenggam piala di tangan ku. Tapi apa yang terjadi,,sesampainya di rumah, bapakku terlentang lemas dengan tertutupi kain di atas kepalanya, tak sadar aku teteskan air mataku, melepas piala digenggamanku. Akupun ikut meramaikan tangisan ibu dan saudara2ku . Ku perlihatkan piala dan piagamku di depan tubuh bapakku yang tak bernapas lagi, berharap melihat lagi senyuman bangga dari bapakku. Cobaan apa lagi yang aku dapat ya Tuhan?

Kini hari2 terasa sepi, tanpa guyonan yang biasa kami tertawakan menemani kesedihan kami, aku pun pecahkan suasana itu dengan mengabarkan piala dan beasiswaku pada ibuku. Ibu ku menundukkan kepalanya seakan tak mau memperlihatkan tetes air mata yang jatuh di pipinya. Akupun bingung, apakah ibuku bangga? tanyaku dalam hati. "kenapa bu?", tanyaku. " lihatlah keadaan keluargamu nak, bapak sudah gk ada, adik2mu masih kecil, siapa yang akan membantu ibu memberi makan dan menyekolahkan mereka?" jawab ibuku, yang membuat napasku berhenti sejenak, apa yang aku harus lakukan? "haaahhhhh" ku hembuskan napasku, pasrah. karena ku sayang dengan keluargaku, akupun memutuskan untuk menolak beasiswa dan bahkan berhenti merasakan bangku pendidikan demi masa depan adik2 ku.

Inilah kisah ku, saat ini aku masih berusaha membantu ibuku untuk mencerahkan masa depan adik2ku yang kini kuliah dikedokteran, parmasi dan keperawatan


Dedy

Arti Sahabat

Deno dan Ari adalah 2 orang sahabat yang memiliki mimpi dan cita-cita yang sama. Mereka dilahirkan di sebuah desa yang kecil dan kumuh dimana di tempat tersebut mereka membangun mimpi mereka. 2 anak berumur 13 tahun ini ingin sekali mengenakan seragam loreng, bersenjata laras panjang dan bertekad melindungi negaranya dari serangan perang negara luar. 2 anak yang masih duduk dibangku SMP inipun terkadang mengkhayalkan mimpinya dengan bermain "perang-perangan" di tengah sawah dengan senjata dari bambu yang berpelurukan kertas basah. Walaupun mainan mereka tak secanggih mainan anak kota, tetapi kebahagiaan mereka melebihi kebahagiaan anak-anak kota tersebut.


Deno yang diasuh oleh keluarganya Ari karena orang tua Deno yang sudah meninggal dalam bencana, membuat Deno dan Ari selalu menghabiskan waktu mereka bersama. Walaupun keluarga Ari bukanlah sebuah keluarga yang kaya, tapi Deno selalu diterima dengan baik dan bahkan sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga tersebut.

Seperti biasa, Deno dan Ari selalu bangun lebih awal dari ibu mereka yang biasa bangun saat subuh untuk memasak makanan, karena mengingat sekolah mereka sangat jauh dari rumah yang harus mereka tempuh dengan jalan kaki sekian kilo meter di jalan setapak persawahan dan bahkan harus berenang karena jalannya terputus oleh sungai yang besar.

Seperti hari-hari sebelumnya,mereka selalu berlari kencang, karena mereka takut telat dan dihukum berdiri ditengah lapangan sambil memberi hormat pada bendera. Tapi usaha untuk lebih cepat hari ini masih sia-sia, saat mereka datang, guru yang biasa memberikan mereka hukuman, berdiri tegap di depan gerbang sambil memegang tongkat seakan siap untuk mengayunkan tongkatnya dipinggang mereka. Sang guru pun dengan marah memberikan hukuman yang sudah biasa mereka jalani, tapi hari ini ada yang beda, agar Deno dan Ari merasa kapok, guru mereka menghantamkan tongkatnya ke kaki mereka berulang-ulang kali, dengan sikap menahan rasa sakit, Deno dan Ari tetap berdiri dengan sikap hormatnya.

keringat bercucuran karena terbakar panas matahari, kaki gemetar karena menahan memar bekas pukulan dari guruny. Aripun berkata, "Den, mengapa kita yang harus mengalami ini, mengapa guru kita tak pernah mengerti dengan keadaan kita?". Sambil menahan Ari yang hampir jatuh karena tidak kuat berdiri, Deno pun menjawab, "Ri, terimalah, mungkin ini sudah jalan hidup kita, kita tidak boleh menyalahkan kehendak Tuhan, yang penting kita harus tetap bersama saling membantu,baik dalam susah maupun senang". Kata-kata Deno selalu mereka jadikan sebagai pedoman untuk melewati kerasnya kehidupan. Saat mengerjakan PR dan bahkan saat mereka ulanganpun mereka tetap bekerjasama.

Masa-masa SMP yang berat, kini berakhir sudah, kini mereka melanjutkan ke tingkat SMA dimana tak jauh lagi dari rumah mereka.Masa-masa SMA adalah masa dimana karakter manusia dibentuk, masa keremajaan yang tak pernah terlupakan, dimana di masa ini seorang anak sudah mulai merasakan cinta. Seperti halnya Deno dan Ari. saat itu mereka menemukan seorang wanita pujaan hati mereka, tapi sayangnya mereka masih malu untuk bercerita satu sama lain.

Ari yang memang selalu lebih berani dari Deno, terlebih dahulu menyatakan perasaannya pada seorang wanita yang bernama Yuni. Putri seorang petani inipun dengan sikap malu menjawab perasaan ARI yang memang juga menyimpan perasaan terhadap Ari. Hubungan pacaranpun terjalin.

Di perjalanan pulang, Ari memberanikan diri untuk menceritakan hal itu dengan Deno, " Den, pantas nggak kalau aku dah punya pacar?" tanyanya. " kayaknya pantas-pantas aja Ri, temen-temen kita kan juga banyak yang pacaran. emang kamu dah punya pacar?" Tanya Deno. "Udah Den, begini ya rasanya jatuh cinta, hmmmmm" jawabnya. "Sapa Ri?" tanya  Deno yang terlihat sangat penasaran. Dengan sikap santai Ari menjawab, "ada, ntar juga pasti aku kenalin kok kekamu, trus kamu gimana?. Pertanyaan Ari ini ternyata membuat Deno tertunduk malu, sembari menjawab, "ada kok yang aku suka, tapi aku nggak berani Ri buat bilang". Aripun menjawab dengan sikap yang seperti orang berpengalaman dalam menyatakan cinta, "ayolah Den, kamu cukup menyatakan apa yang kamu rasain kedia, cewek mana sih yang nggak mau ma kamu? tanya Ari kembali dengan pertanyaan yang seakan menyemangati Deno, tapi Deno hanya menjawabnya dengan menundukkan kepalanya.

Setelah lama hari berlalu, Aripun berniat untuk mengenalkan pacarnya pada Deno di kantin depan sekolahnya. "Den, ini pacarku Yuni, Ni, ni temenku yang sering ku ceritaiin, Deno". Saat bersalaman, Deno tiba-tiba terdiam dengan rasa tidak percaya. Ternyata selama ini, Deno juga menyimpan rasa terhadap Yuni, dan untungnya, Deno belum sempat menyatakan cintanya itu. Dengan perasaan yang tidak karuan, Deno diam, dan berharap ini hanyalah sebuah mimpi, tapi apa, inilah kenyataan yang harus diterima oleh Deno, walau berat rasa hati Deno, dia tetap berusaha untuk melupakan wanita yang pertama kali dia sukai.

Sepulang dari pertemuan tersebut, Ari hendak mengantarkan Yuni pulang kerumahnya, sesampainya di rumah, ternyata rumah Yuni sepi tanpa penghuni. Yuni yang takut di rumah sendiri, meminta Ari untuk menemaninya sampai bapak dan ibunya pulang kerja. Mereka bercanda, bahagia selayaknya sepasang kekasih yang bermandikan asmara. Dalam kebahagiaan mereka, tak tersadari mereka telah melakukan hubungan suami-istri yang tak seharusnya mereka lakukan dan yang hanya kan berujung penyesalan. Sementara itu, Deno merenung di pinggir sungai dekat rumahnya, merasakan sakitnya cinta pertama yang tak pernah bisa diungkapkan, siapa yang akan peduli dengan perasaan anak yatim yang malang ini, dia hanya bisa pasrahkan pada kuasa Tuhan yang sudah menentukan jalan hidupnya.

Hari demi hari terlewati, keadaan hati 2 sahabat inipun masih saja sama, Ari yang masih bahagia dengan pacarnya dan yang masih saja melakukan hubungan terlarang dan Deno yang masih saja tak bisa melupakan perasaannya terhadap Yuni. Tapi tiba-tiba keadaan hati mereka hilang sesaat, saat Deno dan Ari membaca pengumuman kelulusan yang menyatakan mereka berdua lulus dengan nilai yang cukup baik.Untuk mengejar cita-cita mereka, merekapun mendaftarkan diri mereka untuk menjadi seorang tentara, seperti halnya saat ulangan, Deno dan Aripun juga bekerjasama melewati test persyaratan untuk masuk jadi tentara. latihan yang keras, semangat yang terus mengalir deras membuat mereka lolos dalam test dan dinyatakan siap untuk melakukan pelatihan tentara di luar kota mereka.

Rasa tak sabar untuk mengabarkan keberhasilannya mewarnai langkah semangat mereka berdua saat mereka berjalan di trotoar jalan raya menuju rumah mereka. Tetapi di tengah jalan, Yuni menghentikan langkah mereka, dan dengan tangisan, Yuni berusaha meminta pada Ari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kebahagiaan mereka hilang tiba-tiba saat mengetahui Yuni tengah mengandung anak dari hasil perbuatannya dengan Ari. Apa yang harus Ari lakukan? Dia hanya bisa diam, menyesali apa yang telah dilakukannya dengan Yuni. Tak sadarkan diri, Ari yang terkenal sangat berani akhirnya meneteskan air matanya.

Deno tak sanggup lagi melihat sahabatnya yang seperti sudah tidak memiliki nyawa itu. Berniat untuk membalas budi keluarga Ari, Denopun memiliki rencana untuk menikahi Yuni dan membiarkan Ari mengejar cita-citanya. "Kamu dah gila ya Den?" tanya Ari kaget dengan idenya Deno yang memang terdengar sedikit gila. "Aku sayang ma Yuni, aku nggak rela dia harus tidur dengan orang lain, termasuk kamu". Deno berusaha menjelaskan apa sebenarnya yang direncanakannya, "aku kan nikahi Yuni Ri, tapi aku kan sumpah atas nama orang tuaku yang sudah meninggal, aku nggak kan menyentuh Yuni sedikitpun, sepulang kau dari pelatihan, aku kan menceraikan Yuni,dan kamu bisa nikahi dia lagi". Dengan keadaan pusing, Aripun menerima ide gila dari Deno dan untungnya, Yuni juga setuju karena dia juga ingin melihat orang yang dia sayang tercapai cita-citanya,

Sesampainya di rumah, orang tua Ari sangat kaget dengan cerita bohong yang diceritakn oleh Deno, sembari berkata, " Deno! kamu memang anak yang tak tahu diri, apa kata orang tuamu jika mereka bisa melihat kamu dengan keadaan seperti ini?". Demi masa depan sahabatnya, Deno menebalkan telinganya dari cacian orang tua Ari, tapi yang sangat tak disangka, Deno meneteskan air matanya saat ayah Ari berkata, "Kamu membuat malu keluarga saya, setelah pernikahan, saya ingin kamu pergi jauh-jauh dan jangan pernah lagi tunjukkan muka mu di depan saya!!!".  Deno hanya bisa menjawabnya dengan tangisan dan tundukkan kepalanya.

Beberapa bulan kemudian, Yuni masih saja menunggu kedatangan Ari yang masih belum pulang juga dari pelatihannya, sementara itu, Deno masih memegang janjinya untuk tidur pisah dengan Yuni, dia selalu giat bekerja, agar bisa memberikan kehidupan yang layak pada Yuni dan bayi yang masih dikandungnya. Terkadang Deno mengharapkan balasan kasih sayang yang dia berikan pada Yuni, karena dia masih saja berharap, Yuni akan mencintainya juga. Tapi pikiran seperti itu selalu saja dikalahkan oleh ketulusannya bersahabat dan tulusnya cinta Deno pada Yuni, walaupun cintanya tak terbalas, Deno masih merasa beruntung karena bisa dekat dengan Yuni. Dia merasa sangat ikhlas berkorban untuk Yunie dan Ari.

"Kring kring kring", Nada panggilan handphone Yuni berbunyi, "Hallo", jawab halus Yuni, yang dilihat oleh Deno yang seakan penasaran dengan siapa Yuni berbicara, dan apa yang dibicarakan, mengapa Yuni nampak bahagia. Ternyata Ari akan pulang karena sudah menyelesaikan pelatihannya, Yuni nampak sangat bahagia, Denopun demikian, walau di lubuk hatinya yang paling dalam, Deno sedih karena akan berpisah dengan wanita yang dia cintai sejak lama itu.

Tak sabar rasanya Yuni menunggu kedatangan Ari, namun bersamaan dengan itu, perut Yuni yang besar kini terasa sangat menyakitkan, terasa seperti ada yang memaksa untuk keluar dari perutnya, dengan sigap Deno memapang Yuni ke pinggir jalan sambil memanggil taksi yang melintasi jalan tersebut. Sesampainya di rumah sakit, perasaan tidak tenang, gelisah dan tanpa teman berbagi, Deno berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi rumah sakit sambil berusaha menghubungi Ari yang nomornya tidak aktif. Dan tiba-tiba, "tuuuttttt, tuuuuttttt, tttuuuuutttt" tanda Handphone Ari sudah aktif, "hallo" Ari menjawab panggilan dari Deno, Denopun membalas dengan suara yang lemas, "Halo Ri, ini Deno, anakmu akan lahir hari ini di Rumah Sakit Surya Panubangan, tolong segera kesini". Tanpa bepikir panjang Ari berlari menuju rumah sakit, sesampainya disana, dimana saat Ari membuka pintu ruang tunggu depan ruang operasi, suara tangisan bayipun terdengar. Seorang perawat keluar dan mencari ayah dari bayi tersebut, "Pak ari?", pangill sang perawat kebingungan, ternyata pada saat mendaftar administrasi, Deno mengaku sebagai Ari. "Iya???"  jawab Ari, "Selamat bayi anda laki-laki yang sehat, dan istri andapun sepertinya bersemangat, silahkan pak".  Dengan pelan Ari membuka pintu ruang operasi, terlihatlah seorang ibu yang anggun dengan bayi kecil disampingnya tersenyum menyambut kedatangan Ari. Betapa bahagianya sepasang kekasih ini.

Setelah lama kemudian, Aripun pulang dengan pakaian loreng sambil menggandeng Yuni yang berjalan disampingnya dengan seorang bayi yang tak dikenalnya, "apa yang terjadi?" pikir ayahnya Ari yang kebingungan. Aripun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan kaget, marah dan pasrah karena semua sudah terjadi, dengan perasaan yang menyesal, ayah Ari bertanya, "trus Deno mana nak?". pandangan Ari pun terhenti sejenak, "Saya sudah menghubunginya berulang kali pak, tapi tidak pernah ada jawaban". Rasa penyesalan ayahnya Ari pun bertambah, namun seketika terhapus oleh tingkah bayi yang lucu itu, "baiklah mungkin inilah yang terbaik buat Deno. Untuk menebus dosa bapak, bapak ingin memberikan nama Deno pada cucu bapak ini".

Deno yang malang, tak pernah muncul lagi, namun Deno selalu terkenang di hati keluarga Ari yang sangat berbahagia. Dimanakah Deno kini, apakah Deno akan menemukan cinta yang lain, ataukah Deno membunuh dirinya karena tak tahan dengan sakit yang dia rasakan?

THE END

DEDY